Keajaiban Sedekah (KISAH NYATA SEBUAH LOMPATAN BISNIS)

Keajaiban Sedekah (KISAH NYATA SEBUAH LOMPATAN BISNIS)
Keajaiban Sedekah (KISAH NYATA) 

Ketika berbicara tentang sedekah, maka akan kita jumpai berbagai testimoni dari orang-orang yang sudah mengalami keajaiban dari sebab aktifitas sedekah yang dilakukan. Salah satu testimoni yang luar biasa dari keajaiban sedekah adalah testimoni dari mas Jonru. Walaupun saya belum izin ke mas jonru untuk copas testimoninya di blog ini, mudah-mudahan mas jonru berkenan dan banyak orang yang terinspirasi dengan testimoni ini....begini testimoni lengkapnya :

"Saya sudah menjadi entrepreneur sejak tahun 2007. Selama delapan tahun berbisnis sendirian, perkembangannya boleh dikatakan stagnan, bahkan beberapa bisnis saya ambruk, berkali-kali mengalami krisis keuangan, sehingga sering stress bahkan depresi. Saking depresinya, di awal tahun 2014 saya memutuskan untuk mengasingkan diri dari semua komunitas entrepreneur yang saya ikuti. Saya hendak “bertapa” dulu, merenung, evaluasi dan berbenah diri.

Dan sebuah quantum leap terjadi di awal tahun 2014. Kejadiannya bermula saat saya membantu seorang dhuafa bernama Mas Karman untuk meningkatkan taraf hidupnya
Setelah membantu Mas Karman, tiba-tiba terjadilah yang namanya the power of giving. Keajaiban sedekah. Saya mendapat banyak sekali berkah dan rezeki yang benar-benar di luar dugaan.
Salah satu rezeki tak terduga tersebut adalah melejitnya jumlah likers fan page Jonru sejak Juli 2014. Nama saya tiba-tiba dikenal di mana-mana, dibicarakan oleh banyak orang, baik oleh lovers maupun haters.
Dicaci-maki, dihujat, bahkan diancam dan diteror oleh haters merupakan sisi buruk dari popularitas tersebut. Namun alhamdulillah, sisi positif dan berkahnya pun tak kalah banyak. Terlalu panjang jika saya paparkan satu-persatu. Saya akan ceritakan satu saja.
Sejak dulu, salah satu hal yang paling sulit saya lakukan dalam berbisnis adalah bekerja sama dengan orang lain. Sempat bekerja sama dengan sejumlah teman, namun akhirnya gagal, bahkan “dikadalin” pun pernah. Juga puluhan kali menjajaki kerjasama, tapi tak pernah ada follow up.
Saya bukan termasuk orang yang pintar membangun networking. Justru itulah salah satu kelemahan utama saya. Saya juga tidak pandai dalam hal “merayu” orang lain agar mau bekerja sama atau menjadi pemodal bagi bisnis saya.
Mungkin inilah salah satu penyebab kenapa bisnis saya selama 8 tahun berjalan sangat mandeg, bahkan sering ambruk dan krisis keuangan terjadi berulang-ulang.
Namun sejak nama saya dikenal di mana-mana, tiba-tiba sejumlah keajaiban pun terjadi. Orang-orang yang awalnya kurang perhatian bahkan tak ada perhatian terhadap saya, tiba-tiba datang mendekat. Ada yang mengajak kerjasama, ada yang menawarkan bisnis baru, dan masih banyak lagi.
Salah satu di antara orang yang mendekat tersebut adalah Pak Imam, seorang teman kuliah saya di Undip Semarang. Saya sudah mengenal dia sejak semester satu. Kami beda fakultas beda angkatan, namun saling kenal karena tetangga kos. Pertemanan kami biasa-biasa saja. Dibilang akrab ya tidak juga. Dibilang tak akrab, kok faktanya lumayan akrab, Kalau ketemu di jalan, kami biasanya cuma say hello, tak lebih dan tak kurang. Beberapa kali kami komunikasi via SMS, tapi isinya biasa-basa saja.
Satu-satunya hal yang membuat kami merasa akrab dan saling percaya adalah karena masih satu harokah, satu jamaah pengajian. Saya jug melihat bahwa Pak Imam ini orangnya religius, jujur, dan amanah.
Mas Karman (pakai kursi roda) berpose bersama saya dan mas Rochman – seorang teman relawan – saat kami survey mencari kios sebagai tempat Mas Karman berjualan, beberapa bulan lalu di daerah Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Pak Imam sudah menjadi pebisnis sejak ia masih mahasiswa. Dia tipe pedagang sejati. Apapun bisa dibisniskan olehnya, asal itu menguntungkan dan halal. Dulu ketika kuliah, saya pernah membeli mesin tik lewat dia.
Saat ini, Pak Imam sudah sukses dan kaya raya dari berbisnis. Dari segi keahlian dan pengalaman pun, dia boleh dibilang sudah sangat expert. Jumlah perusahaannya banyak. Dia juga pintar membangun networking, bahkan gampang mencari order-order berskala besar dari tokoh-tokoh penting tingkat nasional.
Suatu hari, Pak Imam menghubungi saya, mengajak ketemuan. Katanya hendak membicarakan kerjasama. Saya pun memenuhi undangannya.
Saat ketemu itu, awalnya dia hanya menawarkan diri sebagai pemodal untuk penerbitan buku saya. Saat saya sebutkan biaya cetaknya sekitar Rp 45 juta, dia dengan santai berkata, “Insya Allah saya sanggup membiayainya.”
Namun beberapa hari setelah itu, saya terkejut karena Pak Imam menyampaikan sesuatu yang benar-benar di luar dugaan.
“Sebenarnya, saya tidak ingin sekadar menerbitkan bukumu. Saya serius ingin bekerja sama. Kita bikin perusahaan bareng, bagi hasil. Kamu dapat bagian lebih besar, karena yang kita “jual” lewat bisnis ini adalah keahlian kamu. Bagaimana? Tertarik?”
Saya benar-benar surprise mendengar tawarannya itu. Namun karena sudah biasa ditawari kerjasama dan hampir semuanya tidak jadi, maka saya menanggapi tawaran Pak Imam dengan sewajarnya saja. Saya tak mau terlalu berharap. Pokoknya nothing to lose saja.
Salah satu hal yang membuat saya takjub atas tawaran Pak Imam adalah ketika dia memberikan bagi hasil yang lebih besar untuk saya, padahal dialah yang menjadi pemodal tunggal. Saham saya hanya berupa keahlian, kompetensi, dan komunitas fan page yang saya miliki. Itu saja.
Hal lainnya yang membuat saya tertarik adalah jenis bisnis yang dia tawarkan, yakni bisnis yang sebenarnya sama seperti yang selama ini saja jalankan: Penerbitan buku, pelatihan penulisan, pengelolaan social media, dan sebagainya. Intinya, dia tidak menawarkan bisnis baru, namun hanya memfasilitasi bisnis-bisnis yang selama ini saya jalankan.

boleh dikatakan, peran Pak Imam adalah sebagai penyuntik modal bagi bisnis yang selama ini saya tekuni. Namun asyiknya, dia bukan sekadar menyetor dana. Dia juga banyak membantu saya mencari order berskala besar. Dia memperkenalkan saya dengan orang-orang penting. Bahkan dia bersikap seperti seorang mentor bisnis yang mengajari dan memandu saya tentang cara-cara berbisnis yang lebih baik dan efektif.
Pak Imam juga berkata bahwa dia tak mau tanggung-tanggung dalam mengelola bisnis tersebut. Maka kami pun mengurus badan hukumnya, bahkan menyewa ruangan di Graha Surveyor Indonesia Jakarta sebagai alamat kantor kami.
Dengan adanya badan hukum dan alamat di gedung dan wilayah bergengsi, diharapkan citra perusahaan akan meningkat, dan semoga mempermudah kami dalam mendapatkan order dari kalangan atas. Berdasarkan reputasi Pak Imam selama ini, saya yakin Insya Allah hal tersebut mudah terwujud.
Dan tanggal 3 Februari 2015, perusahaan baru kami tersebut pun resmi berdiri dengan nama CV Jonru Media Centre.
Alhamdulillah…
Saya merasa sangat bersyukur. Jika dulu saya sangat sulit mencari orang untuk bekerja sama, kini saya merasakan bahwa semuanya sangat mudah. Bahkan saya tak perlu repot-repot mencari. Justru dia yang datang sendiri dan menawarkan sejumlah peluang yang selama ini sangat saya impikan.

NB: Tentu, teman-teman pebisnis sering mendapat tawaran bisnis yang sebenarnya kurang atau sangat tidak kita sukai, bukan? Saya pun berulangkali mengalami yang seperti itu.
Alhamdulillah, tawaran dari Pak Imam ini boleh dikatang hampir 100% saya sukai. Itulah yang membuat saya senang dan penuh antusias menjalankan kerjasama tersebut.
Dan keajaiban ini semua merupakan berkah dari peristiwa saat saya membantu seorang dhuafa. Saya ketika itu membantu Mas Karman tanpa niat dan pamrih apapun, kecuali ingin membantu saja. Bahkan saat itu saya sebenarnya sedang depresi. Kondisi keuangan keluarga saya sedang mengalami kritis tingkat tinggi. Saya sedang bingung luar biasa karena merasa semua jalan sudah buntu, tak tahu harus mencari rezeki dengan cara apa lagi.
The power of giving pun terjadi setelah itu. Keajaiban sedekah memang sungguh nyata! Alhamdulillah.
Jakarta, 5 Februari 2015
Jonru


Sumber : Jonru.com
Label:
[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.